AKARTA, KOMPAS.com -
Pembangkit listrik alternatif terus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan listrik di daerah dan desa-desa terpencil yang belum
terjangkau pasokan listrik PLN. Sejak produksi prototipe pertama tahun
2007 lalu hingga saat ini, Kementerian Perindustrian melalui Balai
Besar Logam dan Mesin telah menciptakan empat jenis pembangkit listrik
skala kecil yang diperuntukan bagi desa-desa tertinggal dan industri
kecil.
Dalam Ritech Expo 2010 di Jakarta
Convention Center (JCC), Minggu ( 22/8/2010 ) , Balai Besar Logam
dan Mesin memamerkan empat buah prototipe pembangkit listrik skala kecil
hasil produksinya.
"Ada empat jenis pembangkit listrik skala
kecil yang kami rancang untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk membangun
desa mandiri energi dan industri-industri kecil," kata Nana Juhana,
salah satu peneliti di Balai Besar Logam dan Mesin di JCC, Jakarta,
Minggu.
Keempat mesin dan prototipe tersebut memiliki jenis dan
sumber pengadaan energi yang berbeda-beda, terdiri dari pembangkit
listrik kincir angin, alternator permanen magnet, turbin kaplan, dan
mesin bio diesel.
Nana menjelaskan, pembangkit listrik kincir
angin dan mesin bio diesel sudah berhasil diproduksi sejak tahun 2007
. Kedua pembangkit listrik skala kecil ini sudah tidak lagi berupa
prototipe namun sudah dikembangkan dan dipasarkan kepada
kelompok-kelompok swasta. Pembangkit listrik kincir angin produksi Balai
Besar Logam dan Mesin mampu menghasilkan energi listrik sebesar 1 kVA
dari tiupan angin yang didistribusikan oleh tiga buah blade berdiameter
delapan meter dan tiang kincir setinggi 12 meter dari permukaan tanah.
"Untuk
kincir angin ini produksinya sudah berjalan dan dikembangkan oleh
kelompok swasta. Sasarannya memang untuk daerah pedesaan terutama
pegunungan yang wilayahnya punya potensi angin yang stabil," kata Nana.
Produksi
serupa juga sudah berhasil dilakukan untuk mesin bio diesel
berkapasitas 500 cc yang sudah dikembangkan sejak tahun 1998 .
Mesin bio diesel produksi Balai Besar Logam dan Mesin memiliku output
daya sebesar 12 HP dengan putaran 2.200 rpm dengan kapasitas mesin
500 cc. Bahan bakarnya dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam
yang terdapat di seluruh daerah di Indonesia seperti singkong, jarak,
dan rumput laut.
"Mesin bio diesel ini prototipe pertamanya
tahun 2008 . Saat itu memang kurang berhasil. Tapi sekarang sudah
cukup berkembang di industri kecil," tuturnya.
Sementara dua
pembangkit lainnya, yakni alternator permanen magnet dan turbin air
kaplan baru berhasil dikembangkan pada akhir 2009 lalu. Hingga
kini prototipenya masih terus dikembangkan Balai Besar Logam dan Mesin.
Menurut
Nana, dua jenis pembangkit ini masih merupakan jenis pembangkit yang
belum banyak dikembangkan di negara-negara lain. Alternator permanen
magnet merupakan pengembangan energi listrik tenaga angin dan air yang
menggunakan suatu alternator dengan putaran poros rendah. Pengembangan
alternator rendah ini dilakukan karena alternator yang ada di pasaran
biasanya memiliki putaran poros rotor yang tinggi di atas 1.500 rpm.
"Nah,
sumber tenaga air dan angin yang digunakan industri kecil dan
masyarakat di desa-desa biasanya menghasilkan putaran yang rendah. Maka
itu, alternator permanen magnet ini cocok untuk penggunaan di desa-desa
dan industri kecil karena bisa menghasilkan energi listrik dengan
putaran rendah," terang Nana.
Sama halnya dengan pembangkit
listrik kincir angin dan mesin bio diesel, alternator permanen magnet
mampu menghasilkan enegri piko hidro sebesar kurang dari 10.000 watt.
Khusus
untuk turbin air kaplan, menurut Nana, mampu menghasilkan energi yang
paling besar dibanding ketiga pembangkit sebelumnya. Turbin air kaplan
yang prototipenya tercipta sejak akhir 2009 kemarin ini mampu
menghasilkan energi mikro hidro di atas 10.000 watt.
Turbin air
ini dikembangkan dengan head rendah dari turbin air jenis kaplan. Turbin
air ini dirancang untuk ketinggian air 8-15 meter, dengan debit 3
m3/detik. Dengan diameter 1.750 mm dan panjang 2.350 mm serta diameter
runner 900 mm dan poros runner mampu mengjasilkan putaran 570
rpm. "Alternator putarannya sebesar 750 rpm. Kapasitas tenaga
listrik yang dihasilkannya sebesar 300 kVA," ujar Nana.
Dari
keempat jenis pembangkit listrik skala kecil tersebut, Nana mengakui
hingga saat ini memang belum ada pengembangan secara massal. Balai Besar
Logam dan Mesin Kementerian Perindustrian memang baru menciptakan
prototipe untuk selanjutnya dikembangkan oleh kelompok swasta yang
berminat. "Peminatnya sebenarnya cukup tinggi dari kalangan swasta. Cuma
memang saat ini kami tidak bisa memproduksi secara massal untuk
didistribusikan kepada masyarakat di pedesaan dan industri kecil," kata
dia.
Keempat jenis pembangkit listrik tersebut, menurut
Nana, terus dikembangkan secara internal sambil terus menyosialisasikan
kepada kelompok swasta dan masyarakat. "Jadi siapa yang berminat bisa
langsung ke Balai Besar Logam dan Mesin untuk kita kembangkan bersama,"
tutupnya.
Editor
: Erlangga Djumena
Sabtu, 11 April 2015
Inilah Pembangkit Listrik Skala Kecil
04.06
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar