Pendiri dan Direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari, Panut
Hadisiswoyo, mendapat penghargaan Whitley Award dari Whitley for Nature
Fund, sebuah lembaga swadaya internasional di Inggris yang mendukung
upaya konservasi alam di seluruh dunia.
Penghargaan diberikan kepada aktivis lingkungan Indonesia itu oleh
Putri Anne, keluarga bangsawan Kerajaan Inggris, dalam satu upacara yang
diadakan di gedung Royal Geographic Society di London.
“Senang dan bangga berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia
Internasional,” ujar Panut kepada Antara London, usai penerimaan
penghargaan yang dihadiri DCM/Wakil Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya
dan Irlandia, Anita Luhulima April lalu.
Panut terpilih menjadi penerima penghargaan Green Oscar serta dana
dari The Arcus Foundation sebesar 35 ribu Poundsterling, karena dedikasi
yang tiada henti selama 15 tahun menyelamatkan orangutan sumatera dan
habitatnya di kawasan ekosistem Leuser di provinsi Aceh dan Sumatera
Utara.
Atas dedikasi dan komitmennya, populasi orangutan Sumatera semakin
terlindungi dari perburuan dan insiden konflik. Sementara masyarakat
lokal mendapat peluang peningkatan ekonomi dan kapasitas melalui
kegiatan pelatihan pertanian berkelanjutan, restorasi hutan, patroli
pengamanan hutan, pengembangan agroforestry, dan penanggulangan konflik
antara manusia dan orangutan.
Walau upaya perlindungan orangutan ini terus dilakukan oleh Panut dan
tim nya, namun ancaman terhadap orangutan dan hutan tropis Indonesia
masih terus berlangsung. Hal ini karena ekspansi perkebunan ke hutan
tropis di Indonesia terus masih terjadi.
Panut menyatakan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan
atas komitmen terhadap upaya perlindungan orangutan Sumatera dan hutan
tropis Indonesia.
Dikatakannya penghargaan ini juga merupakan pesan dan himbaun penting
kepada semua pihak di Indonesia terutama pemerintah Indonesia untuk
benar-benar menjalankan penghentian (moratorium) pemberian ijin
perkebunan di kawasan hutan tropis Indonesia.
Dengan luas perkebunan sawit yang sudah mencapa 10 juta hektar,
produksi buah sawit sudah mencukupi untuk memenuhi permintaan pasar
domestik dan internasional. Tragis bila peningkatan luas perkebunan
diproyeksikan menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020, karena berarti
tiga juta hektar hutan tropis akan dialihfungsikan menjadi perkebunan
selama lima tahun ke depan, katanya.
Sebelumnya, lanjut Panut, selama empat tahun terakhir, Indonesia
sudah kehilangan hutan seluas 1,3 juta hektar per tahunnya seiring
dengan peningkatan perkebunan sawit di Indonesia. Ini harus dihentikan,
bila tidak nasib hutan tropis Indonesian beserta ribuan spesies penting
dan keanekaragaman hayati Indonesia akan terancam punah.
Whitley Award merupakan Green Oscar’, sebuah penghargaan
internasional kepada para pelaku dan aktivis konservasi yang telah
memperjuangkan upaya penyelamatan keanekaragaman hayati dan spesies dari
kepunahan melalui pendekatan holistik yang melibatkan masyarakat lokal
melalui kegiatan pembangunan berkelanjutan dan perlindungan habitat
alam.
antaranews.com
Kamis, 08 Oktober 2015
Aktivis Penyelamat Orangutan Mendapat Penghargaan dari Inggris
23.40
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar